Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Kode Etik

  Ada salah satu ulama’ besar di Madura. Syaikhona Kholil Bangkalan. Beliau pernah membuat syair tentang kode etik atau metode untuk mempermudah membaca Al-Qur’an dengan runtutannya. Berikut syairnya,” kaping pisan ing makhroje, kaping pindo ing tulisane, kaping telu ing harokate, kaping papat yo shorofe, kaping limo yo nahwune, kaping enemy o ma’anine, kaping pitu yo bayane, kaping wolu ing badi’e, kaping songo yo Quran lan Haditse . (pertama makhroj, kedua tulisan, ketiga harakat, keempat shorof, kelimanahwu, keenam ma’ani, ketujuh bayan, kedelapan badi’, kesembilan Al-Qur’an Hadits. Penjelasan ini menandakan memang perlunya pembelajaran. Mulai tahap awal sampai tahan terakhir hingga membentuk suatu dzauq (rasa) pada saat melafalkan bacaan Al-Qur’an. Sekian []

Menalarsoalkan Hidup

  Dalam setiap permasalahan yang ada tentu ada permulaan yang menjadikan permasalahan itu ada. Dan yang menjadi keharusan untuk di telaah yaitu dari mana penyebabnya? Rutinitas yang kita kerjakan akan menjadi impek bagi keruwetan hidup yang sudah ruwet semakin ruwet atau pencerahan yang semakin cerah. Disitu letak permasalahan yang ada   pada sebab adanya permaalahan dan mengapa bisa terjadi. Setiap orang punya rumus sendiri untuk menyelesaikan yang dialami. Kita manusia belajar dari nol menjadi tak terhingga sampai ter- tak lagi muncul menjadi hingga saja. Ya, hingga sudah waktunya untuk melepas dan melanjutkan perjalanan. Cara orang mengingatkan justru berbalik arah dengan cara nurani berpendapat. Sebab, orang hanya satu dari sekian komponen makhluk yang sifatnya membantu di luar ruang diri dan nurani lebih kepada suara yang seharusnya kita lakukan dan kita selalu dengan jika pada saatnya mereka butuh untuk didengar secara benar dalam porsi ruang dan waktu. Simpul ...