Yakin, Anaknya Bodoh??

Sekarang kita berbicara tentang cara pandang, terkhusus dikependidikan. Dia lingkup ini pasti kita melihat adanya murid dan guru. Ada yang diajari dan ada yang mengajari. Salahkah jika murid itu bodoh dan bagaimana jika ada murid bodoh? Bagaimana menyikapinya supaya anak tersebut tidak selalu bodoh Dimata guru? Apakah hanya murid saja yang bodoh dan guru tidak? Mari sama-sama kita jawab pertanyaan-pertanyaan diatas.

Salahkah jika ada murid bodoh? 

Murid (anak) suatu keniscayaan yang musti perlu kita jaga dan rawat walaupun murid bodoh. Karena hakikatnya semua murid itu bukan kepandaian atau kebodohan, melaikan bisa mengerjakan apa yang mereka pelajari dan melakukannya dalam bentuk praktek pengetahuan bisa kita kenal dengan ilmu. Apa sebenarnya makna ilmu itu? Ilmu adalah pengetahuan dari sesuatu hal yang dipraktekkan sesuai dengan penerapan yang sesuai. Jika memang ada kendala dalam melaksanakan/mempraktekannya memang itu sebagai tolak ukur untuk manusia supaya lebih baik lagi dari pada sebelumnya artinya, manusia perlu belajar tidak hanya satu kali dalam melakukan sesuatu apapun itu. Yang menjadikan manusia layak menyandang pengetahuan tentang ilmu tersebut dan mengamalkan. Kembali ke anak bodoh."

Apa yang musti kita lakukan jika bertemu/berhadapan dengan anak bodoh? Bagaimana sikap kita?

"Tentu cari dulu akar permasalahan itu apa?." Baru bisa tahu letak bodohnya dimana. Kadang memang kalau cara pandang kita tidak cermat memang sulit kalau hanya menjugle bahwa anak itu bodoh dan hanya selesai dibagian bodoh.

Bodoh ada banyak cabangnya diantaranya ada bodoh karena lola (loading lambat) atau istilah lainya telmi (telat mikir); ada bodoh dalam segi membaca kata; ada bodoh dalam kemalasan.

Oke! Sekarang kita bahas satu-satu. Pertama, lola/telmi: kita memang harus sabar menghadapi anak seperti ini. Mentransfer pengetahuan untuk anak Lola/telmi tidak boleh cepat-cepat karena akan blank atau ga paham jika keterangannya terlalu cepat dan butuh waktu pelan-pelan, sabar, dan telaten. Kedua, ada bodoh dalam membaca kata/gambar (visual): ini biasanya cenderung sulit untuk menulis/menggambar (visual) tapi kalau kita pakai tehnik bernyanyi atau mendengarkan keterangan guru. Ini bisa membantu anak dalam belajar karena cenderung pendengaran yang memang dapat ia pakai untuk menggali informasi. Ketiga, ada bodoh disebabkan malas: ini kebanyakan yang terjadi di siswa/murid. Mereka hanya mau jika penyampaian yang diterima dari guru harus sesuai dengan kemauannya jadi ketika murid tersebut cocok dengan apa yang disampaikan dan menarik maka mereka akan cenderung mulai mau mendengarkan. Disini banyak faktor yang melatarbelakangi murid malas belajar akhirnya ketinggalan materi bahkan mengacuhkan apa yang diajarkan kepada mereka tentang pelajaran yang disampaikan guru. Ini menjadi pekerjaan tambahan bagi guru agar murid mau dan termotivasi pelajaran yang harus mereka pelajari disekolahan.

Bagaimana menyikapinya supaya anak tersebut tidak selalu bodoh Dimata guru? 

Ini entitas yang penting juga kita urai dan guru boleh menjustifikasi murid bodoh dimatanya. Ini cara pandang yang keliru. Guru seyogyanya menumbuhkan sifat bahwa anak itu punya potensi dan bodoh hanya masalah waktu. Jadi anak punya peluang atau potensi sendiri-sendiri dan potensi itu harus ditumbuhkan melalui pelatihan minat bakat yang ada disekolahan atau konsultasi dengan guru bimbingan konseling.

 Apakah hanya murid saja yang bodoh dan guru tidak? 

Poin ini penting untuk disoroti karena murid tidak selalu bodoh dan guru tidak selalu pandai. Ada disatu sisi dimana guru kesulitan dalam suatu hal yang membutuhkan pemecahan yang tidak hanya seketika itu juga.

Salam Literasi..

(Al-Faqir : Aruf Rahman)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu, Manusia, dan Secret System

Dari Soal Pengalaman, Menulis Sampai Ide & Gagasan Para Cendekiawan dan Negarawan

Manusia Dan Tatanan